Diary

Introspeksi Diri | Mengingat Abah

Rasanya diri ini selalu bersalah  jika mengingatnya, sosok Abah Masruri bin Abdul Mughni.

Ketika dulu sepulang sekolah, melihat beliau berjalan bersama para tamunya, mengenalkan pesantren kebanggaannya, dengan selalu menebarkan senyum pada siapapun yang ditemuinya. Bahkan saat menegur aku dan teman-teman yang sudah tak betul memakai baju saat pulang sekolah, beliau juga dengan lembut dan senyum.

Mengingat pesan-pesan beliau, saat ngaji, wanti-wanti beliau nasehat-nasehat beliau ketika sowan, kini tinggal kenangan rekamannya di radio.

Balasan apa yang sudah kita berikan pada Abah?

abah masruri
AbahYai Masruri Mughni | PonPes Al Hikmah 2

 

Sudahkah kita bisa mengamalkan apa yang Abah ajarkan?

Sudahkah kita bisa menaati peraturan-peraturan yang sudah Abah buat?

Sudahkah kita bisa membuat Abah tersenyum di alam sana kawan?

 

Ah sudahlah,

Tak ada gunanya jika hanya selalu merasa bersalah

Sedikit instrospeksi, banyak progress, itu lebih baik

Tak perlu kebanyakan plan, nanti malah nge-blank

 

Sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan di pesantren ini, mestinya kudu bisa memberikan manfaat dan efek baik untuk pesantren.

Seandainya kita niatkan itu semua untuk mengabdi pada beliau, bukankah itu mudah? Pengabdian untuk pesantren, jangan remehkan itu kawan, malaikatpun turut selalu menjaga dan berdoa untuk siapapun yang menuntut ilmu di jalan-Nya.

Benda, 29 Oktober 2013

Cerita ini diikutsertakan pada Giveaway Haul Abah Masruri ke-2

 

give away haul abah

Tagged , ,

Leave a Reply

4 thoughts on “Introspeksi Diri | Mengingat Abah

  1. pengabdian bisa kita dapatkan bukan hanya menjadi seorang abdi dalem, ataupun pengurus, namun hal sekecil apapun itu jika itu untuk pesantren ini, itu juga bisa dibilang pengabdian untuk abah,.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *