Rasanya diri ini selalu bersalah jika mengingatnya, sosok Abah Masruri bin Abdul Mughni.
Ketika dulu sepulang sekolah, melihat beliau berjalan bersama para tamunya, mengenalkan pesantren kebanggaannya, dengan selalu menebarkan senyum pada siapapun yang ditemuinya. Bahkan saat menegur aku dan teman-teman yang sudah tak betul memakai baju saat pulang sekolah, beliau juga dengan lembut dan senyum.
Mengingat pesan-pesan beliau, saat ngaji, wanti-wanti beliau nasehat-nasehat beliau ketika sowan, kini tinggal kenangan rekamannya di radio.
Balasan apa yang sudah kita berikan pada Abah?
Sudahkah kita bisa mengamalkan apa yang Abah ajarkan?
Sudahkah kita bisa menaati peraturan-peraturan yang sudah Abah buat?
Sudahkah kita bisa membuat Abah tersenyum di alam sana kawan?
Ah sudahlah,
Tak ada gunanya jika hanya selalu merasa bersalah
Sedikit instrospeksi, banyak progress, itu lebih baik
Tak perlu kebanyakan plan, nanti malah nge-blank
Sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan di pesantren ini, mestinya kudu bisa memberikan manfaat dan efek baik untuk pesantren.
Seandainya kita niatkan itu semua untuk mengabdi pada beliau, bukankah itu mudah? Pengabdian untuk pesantren, jangan remehkan itu kawan, malaikatpun turut selalu menjaga dan berdoa untuk siapapun yang menuntut ilmu di jalan-Nya.
Benda, 29 Oktober 2013
Cerita ini diikutsertakan pada Giveaway Haul Abah Masruri ke-2
Jury Visit.
Terima kasih sudah berpartisipasi, semoga menang ya. 🙂
pengabdian bisa kita dapatkan bukan hanya menjadi seorang abdi dalem, ataupun pengurus, namun hal sekecil apapun itu jika itu untuk pesantren ini, itu juga bisa dibilang pengabdian untuk abah,.
semoga almarhum KH Masruri Abdul Mughni, dilapangkan jalannya menuju surga-NYA… salam 🙂