Tiba-tiba seorang temenku nyletuk "eh besok buka(puasa) bersama aja disini kalau hujan deras kaya gini lagi!" Lho tumben-tumben pada ngajak puasa nih? pikirku. Aku baru inget pas temenku bilang, "sekalian puasa kamis, tambahi niatnya puasa 'asyuro, kan besok tanggal 10 Muharrom". Oalah iya, aku sampe nggak perhatian sama tanggal hijriahnya, waduh payah -_- .
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, diantara kisah yang membuat waktu ini menjadi waktu pilihan, pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi Musa 'alaihissalam dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Pada tanggal yang sama juga Nabi Ibrahim selamat dari bakaran api Raja Namrud dan kaumnya.
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.
Dalam beberapa hadits Rasulullah juga menjelaskan beberapa keutamaan bulan muharram, salahsatunya pada tanggal 10nya yang biasa di sebut hari 'Asyura.
Dalam hadits shohih muslim yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.”
Atau dalam hadits muslim yang lain, dari Abu Qatadah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”.
Dan masih banyak lagi, kisah dan hadits-hadits yang menerangkan keutamaan hari 'Asyura.
Dibalik Keterbatasan dalam Pesantren
Tepat 20 Agustus lalu aku kembali meninggalkan kampung halaman, Magelang. Setelah kurang lebih 3 bulan aku tinggalkan pesantren tercinta Al Hikmah 2 di Bumiayu, guna mengisi liburan pasca lulusan dengan menambah ilmu dan pengalamanku berkeliling Jawa Timur. Mulai dari kursus bahasa di Pare, pasaran pengajian di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, hingga belajar web. di kediaman Cak Novi di Surabaya. Cukup
Sudah tak sabar rasanya ingin segera kembali menjalani aktifitas di pesantern. Indahnya berbagi dalam kebersamaan, kehangatan suasana pengajian-pengajian bersama abah, kesibukan yang menyenangkan, itu semua hanya bisa di dapat di pesantren. Jika sampai saat ini masih ada saja masyarakat Indonesia yang memandang "sebelah mata" terhadap pendidikan di pesantren, menurutku hal itu kesalahan besar yang mungkin hanya karena mereka saja yang belum memahami sistem pembelajaran di pesantren yang sesungguhnya.
Menurut Abah Mukhlas (KH. Mukhlas Hayim, MA.) yang merupakan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah 2, hidup dengan serba kekurangan dan keterbatasan di lingkungan pesantren itu justru salah satu sistem/metode pembelajaran dan pembentukan karakter santri dalam pesantren. Jika dengan hidup serba kekurangan saja santri bisa bahagia dan tetap sehat-sehat saja, apalagi nanti jika mereka telah keluar dari pesantren dan mendapatkan hidup yang berkecukupan? secara otomatis mereka akan lebih siap dengan segala kondisi kehidupan yang akan dijalaninya. Jika boleh dibilang, entah mereka akan mendapatkan hidup dengan berdinding kardus pun pastinya mereka akan bisa mengatasi dan bersabar dengan hal itu. Begitu juga sebaliknya, semisal mereka(santri) telah mendapatkan kehidupannya dengan harta yang melimpah, itu semua tak akan melalaikannya dan membawanya dalam kesombongan. Karena mereka terbiasa dengan hidup yang sederhana di pesantren, justru mereka akan bisa memanfaatkan harta bendanya untuk kesederhanaan dan kebaikan yang seperti yang telah diajarkan di pesantren.